2004-06-10 18:36:29
Setelah menikmati indahnya hutan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, petualangan langsung dilanjutkan ke utara menuju Pulau Nias. Rencananya kami akan melihat kehidupan para satria yang sejak bertahun-tahun mempertahankan tradisi mereka. Karena perjalanan cukup jauh, pagi-pagi sekali kami sudah bangun dan bersiap-siap. Tiba di Lemang kami dijamu oleh Patih Laman, seorang tetua suku Talang Mamak yang pernah menerima penghargaan Kalpataru karena jasanya merintis pelestarian alam. Setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan ke Sibolga untuk mengejar kapal fery yang akan menyeberangkan kami ke Pulau Nias.
Turun di pelabuhan Gunung Sitoli, kami segera menuju Desa Baweu Mate Luwo yang terkenal sebagai pusat kebudayasan Nias. Desa Baweu Mate Luwo terletak di puncak bukit sehingga memungkinkan kami memandang alam sekitarnya dengan puas. Konon, desa ini dibangun di puncak bukit oleh sang raja agar dapat dengan mudah mengalahkan penjajah yang datang menyerang dari bawah. Rakyat Nias memang terkenal sebagai satria pemberani hingga sulit ditaklukan penjajah.
Salah satu tradisi yang terkenal dari kebudayaan Nias adalah keahlian para pemudanya melompati batu yang disusun lebih dari dua meter. Menjadi Pelompat Batu memang merupakan sebuah kehormatan yang diimpi-impikan oleh semua anak laki-laki Nias. “Yang itu namanya Karatsi, salah satu Pelompat Batu yang terkenal di sini, kita kenalan yuk..” ajak Riyanni saat menunjuk seorang Pelompat Batu bertubuh ramping. Karatsi yang pemalu saat diajak ngobrol ternyata mampu menapak begitu ringannya pada batu undakan dan dengan mudah melontarkan tubuhnya melewati rintangan batu yang tinggi. [d_a]
back ←
|